22 November 2011

Batik INDONESIA Yang Terus Mendunia

Sejarah BatikBatik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.

Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri 

kekhususannya sendiri.

 



 






Sumber :http://komunikan.com/batik-indonesia-yang-terus-mendunia/

7 November 2011

Analisis Jurnal Metode Riset Bab IV & V

Judul : ANALISIS PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP  EKUITAS MEREK COFFEE SHOPS DI SURABAYA

Hasil dan Pembahasan
4.1 Deskripsi

4.2  Hasil Perhitungan
 Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan CSI, diketahui bahwa nilai kepuasan pelanggan terhadap kinerja coffee shop adalah sebesar 78.69%. Berdasarkan range indeks kepuasan pelanggan, maka 78,69 % berada pada range 60,01% < CSI ≤ 80,00%. Hal ini menunjukkan bahwa indeks kepuasan pelanggan berada pada kriteria puas.

4.3 Analisis
Dari gambar 5 terlihat bahwa Starbucks merupakan coffee shop yang paling banyak disebut pertama kali oleh responden, yaitu sebanyak 43,6% (sebanyak 157 orang dari total 360 responden). Jadi Starbucks merupakan coffee shop yang menjadi  the Top of mind–Brand Awareness. Starbucks mempunyai kekuatan kesadaran merek dimana bagi Starbucks hal tersebut merupakan langkah awal yang baik dalam membangun ekuitas mereknya. Namun yang harus diwaspadai oleh Starbucks adalah keberadaan Excelso sebagai  coffee shop lokal yang menduduki Top of Mind ke-dua setelah Starbucks. Selanjutnya, penulis melakukan analisis tambahan berikut untuk menjelaskan mengenai pertanyaan  screening  yang terdapat pada kuisioner. Jawaban dari pertanyaan ini menjadi dasar dalam pengisian kuisioner selanjutnya (lembar kedua-kesan kualitas dan loyalitas merek), karena diharapkan responden yang mengisi lembar selanjutnya pernah mengunjungi salah satu  coffee shop yang diteliti, minimal 3 kali kedatangan. Input data pertanyaan ini hanya menggunakan jawaban ya atau tidak sesuai dengan top of mind.

Kesan Kualitas – Dimensi Jasa
Secara keseluruhan, Starbucks merupakan coffeeshop yang mendapatkan penilaian tertinggi dari konsumennya tentang kesan kualitas sub-dimensi jasa dengan rata-rata prosentase keseluruhan indikatornya adalah 84,07%. Dapat diartikan bahwaStarbucks mampu memberikan pelayanan/servis yang terbaik kepada konsumennya dibandingkan dengan ketiga  coffee shop yang lain. Sangat ironi jika dilihat dari bentuk servisnya, seperti yang telahdisebutkan diatas Coffee Bean dan Starbucks dengankonsep self-service justru menduduki tempat pertama dan kedua, sedangkan Excelso dan DOME dengan konsep  table-service menduduki tempat kedua terakhir.          
   
Analisis Keseluruhan Kesan Kualitas
Dengan demikian, hasil penilaian kesan kualitas secara keseluruhan (baik produk maupun jasa)  terlihat jelas Starbucks mengunguli ketiga  coffee shop lain dalam penilaian konsumen tentang kesan kualitas yang dimilikinya dengan prosentase 87,3%, artinya Starbucks dinilai paling mampu memberikan produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diharapkan konsumennya, sehingga kesan kualitas yang dimilikinya adalah yang terbaik dan paling positif. Tetapi prosentasenya tidak jauh berbeda dengan Coffee Bean dan kedua coffee shop yang lainnya.Berarti Starbucks harus waspada dan berusaha mempertahankan posisinya di mata konsumen. Mengingat Starbucks mempunyai asosiasi sebagai harga termahal, maka ini harus berjalan seiiring dengan kesan kualitas yang diberikan, agar konsumen merasa harga yang dibayarkan sebanding dengan nilai yang didapat (meliputi kualitas produk dan jasa). 

Analisis Jurnal Metode Riset Bab V

5.1 Kesimpulan 
Kesimpulan mengenai kesadaran merek (brand awareness)
Starbucks merupakan  coffee shop yang menjadi the top of mind - Brand Awareness. Dengan demikian, Starbucks merupakan  coffee shop utama dari berbagai  coffee shop yang diingat pertama kali oleh responden.
Kesimpulan mengenai asosiasi merek (brand associations)  
Excelso merupakan  coffee shop yang memiliki asosiasi merek yang paling positif.  Hal ini berarti atribut yang diberikan responden kepada suatu merek dinilai sangat baik dan semakin banyak, dampaknya adalah semakin positif dan kuat  image yang terbangun pada merek tersebut. Excelso yang merupakan bisnis lokal dapat mempunyai asosiasi merek yang lebih positif dibandingkan dengan Starbucks yang merupakan bisnis skala internasional. 

Kesimpulan mengenai kesan kualitas (perceived quality)
Starbucks merupakan  coffee shop yang menjadi the best of Perceived Quality, artinya Starbucks dinilai paling mampu memberikan produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diharapkan konsumennya.

Kesimpulan mengenai loyalitas merek (brand loyalty)
Starbucks merupakan  coffee shop yang menjadithe strongest of Brand Loyalty. Hal ini ditunjukkan bahwa mayoritas konsumen Starbucks bersedia untuk datang kembali, merekomendasikan kepada orang lain, mengajak orang lain danmembeli produk Starbucks lebih.


5.2 Saran dan Rekomendasi
1. Bagi Excelso
 Dari hasil penelitian ini, didapati bahwa hasil terendah Excelso ada pada variabel kesan kualitas yaitu masalah fasilitas. Maka hal tersebut perlu menjadi perhatian khusus. Dengan penyediaan fasilitas yang memadai, akan meningkatkan kesan kualitas Excelso itu sendiri. 

2. Bagi DOME
 DOME termasuk  coffee shop yang mempunyai outlet hampir disetiap shopping mall, tetapi keberadaannya masih belum mendapat perhatian dari masyarakat, khususnya Surabaya. Meskipun bisnis ini dimulai bersamaan dengan masuknya Starbucks dan Coffee Bean tetapi DOME tidak dapat menyaingi tingkat ekuitas merek kedua coffee shop tersebut. 

3. Bagi Coffee Bean & Tea Leaf
Saran untuk pihak Coffee Bean, penambahan jumlah gerai dirasakan perlu, karena hal itu sangat berpengaruh bagi masyarakat. Semakin banyak gerai yang ada, akan semakin tinggi tingkat kesadaran masyarakat akan  coffee shop tersebut.  

4. Bagi Starbucks Coffee
Bagi Starbucks yang sudah mencapai tingkat ekuitas merek terbaik dibandingkan dengan coffee shop yang lain, hal terpenting adalah mempertahankan dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Mengingat jumlah konsumen loyalnya tergolong tinggi, diharapkan Starbucks mampu mempertahankan kedudukannya sebagai coffee shop dengan ekuitas merek yang terbaik. 

5. Bagi penelitian selanjutnya:
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif yang hanya mengukur ekuitas merek darsudut pandang konsumen saja. Maka, diharapkanpenelitian tentang ekuitas merek selanjutnyadapat mencakup 2 sisi, baik itu konsumen maupun pebisnis/perusahaannya (seperti, denganmempertimbangkan pendapatan dan manajemenperusahaan). Dengan gabungan metode kualitatidan kuantitatif diharapkan penelitian selanjutnyamampu mengukur ekuitas merek lebih akurat.

Nama : Chyntia Febriani
NPM : 11209114
Kelas : 3EA11
Tugas ini diberikan oleh Pak Prihantoro



Softskill Perilaku Konsumen 2

BAB IV
PENDAHULUAN
Evaluasi Alternatif Sebelum Pembelian
Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif- alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk merek dan keputusan untuk membeli.
Keputusan Pembelian
Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif- alternatif yang harus dipilih atau evaluasi untuk menentukan produk mana yang akan dibeli
Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen saat ini bersifat kognitif, yaitu memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional. Konsumen mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan merek tentang dimana setiap merek berada pada ciri masing-masing, sehingga kepercayaan merek mampu menimbulkan citra merek.
4.1 Kriteria Evaluasi
Konsumen sering membuat keputusan berdasarkan pengaruh atau pada sikap secara keseluruhan terhadap merek atau untuk meminimalkan usaha atau emosi negatif.
Sifat Kriteria evaluatif
kriteria evaluatif biasanya fitur produk atau atribut yang terkait dengan baik manfaat yang diinginkan oleh pelanggan atau biaya yang harus mereka keluarkan. Jenis kriteria evaluatif digunakan dalam keputusan bervariasi dari segi biaya nyata dan kinerja untuk faktor intangible seperti gaya, rasa, prestise, perasaan yang dihasilkan, dan citra merek. Pemasar harus memahami kriteria yang digunakan konsumen untuk mengevaluasi merek mereka.

Pengukuran Kriteria evaluatif
Hal yang harus ditentukan.
a. Kriteria evaluatif yang digunakan oleh konsumen.
      b. Bagaimana konsumen mempersepsikan berbagai alternatif pada setiap kriteria.
c. Pentingnya relatif dari masing-masing kriteria.
Tentukan Kriteria Apakah Digunakan untuk menentukan kriteria yang digunakan oleh konsumen dalam keputusan tertentu. pemetaan perseptual adalah teknik lain tidak langsung berguna untuk menentukan kriteria evaluatif
Pendekatan pengukuran yang paling populer adalah pendekatan tidak langsung menggabungkan analisis dalam analisis menggabungkan, konsumen disajikan dengan satu set produk atau deskripsi produk dengan kriteria evaluatif bervariasi.

4.2  Penentuan Alternatif  Pilihan
Sejumlah besar penelitian dan pemasaran telah mengasumsikan pembuat keputusan konsumen rasional dengan yang terdefinisi dengan baik, preferensi stabil. Konsumen juga dianggap memeliki kemampuan cukup untuk menghitung pilihan mana yang akan memaksimalkan nilainya, dan akan memilih atas dasar ini.
Pilihan Efektif
Pilihan Efektif yang paling mungkin ketika motif yang mendasari consummatory dari pada instrumental. Consummatory motif mendasari perilaku secara intrinsic bermanfaat untuk individu yang terlibat. Motif Instrumental mengaktifkan perilaku yang dirancang untuk mencapai tujuan kedua.Memvisualisasikan bagaimana manfaat yang dirasakan selama dan setelah pengalaman konsumsi. Hal ini sangat penting bagi merek baru atau produk dan jasa. Konsumen yang telah memeliki pengalaman dengan sebuah produk atau merek memeliki dasar untuk membayangkan respon efektif yang dihasilkan.
4.3  Menaksir Alternatif
Konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional, yang mengetahui semua alternative produk yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap alternative yang ditentukan dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat mengidentifikasikan satu alternative yang terbaik, disebut economic man.
4.4  Menyeleksi Aturan Pengambilan Keputusan
Dalam menyeleksi aturan pengambilan keputusan terdapat suatu hal yang perlu diperhatikan, yang paling utama adalah yang paling penting dalam memenuhi berbagai kriteria yang dapat dicapai oleh produk tersebut agar dapat memuaskan konsumen.
kriteria tersebut tergantung kepada asumsi peneliti mengenai sifat-sifat manusia. Terdapat empat pandangan atas pengambilan keputusan konsumen :
  1. Pandangan ekonomi, konsumen sering dianggap sebagai pengambil keputusan yang rasional.
  2. Pandangan pasif, menggambarkan konsumen sebagai orang yang pada dasarnya tunduk pada kepentingan melayani diri dan usaha promosi para pemasar. Para konsumen dianggap sebagai pembeli yang menurutkan kata hati dan irasional.
  3. Pandangan kognitif, menggambarkan konsumen berada diantara pandangan ekonomi dan pandangan pasif yang ekstrim, yang tidak (atau tidak dapat) memperoleh pengetahuan yang mutlak mengenai semua alternatif produk yang tersedia dan karena itu tidak dapat mengambil keputusan yang sempurna, namun secara aktif mencari informasi dan berusaha mengambil keputusan yang memuaskan.
  4. Pandangan emosional, mengambil keputusan yang emosional atau impulsive
  5. (menurutkan desakan hati).
PEMBAHASAN
Ketika konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi. Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan.
  
Tetapi informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian di masa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran kearah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran
Seperti pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan berorganisasi, keputusan membeli pun ditentukan dengan cara memilih tindakan dari dua alternatif, tergantung pada sifat pembeliannya. Pada pembelian rutin, alternatif tidak penting lagi, sedangkan dalam pembelian dengan keterlibatan tinggi, konsumen sangat memerlukan informasi untuk mengembangkan alternatif. Ada empat pandangan dalam pengambilan keputusan konsumen. Pertama adalah sudut pandang ekonomis, kedua sudut pandang pasif, kemudian sudut pandang kognitif dan yang terakhir sudut pandang emosional. Masing-masing memiliki alasan yang berbeda satu sama lain tentang bagaimana seseorang mengambil keputusan.
Proses pengambilan keputusan konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti informasi pemasaran dan lingkungan sosial budaya, sebagai input. Dalam proses itu sendiri, ada faktor-faktor internal yang berperan, misalnya motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, sikap dan pengalaman. Output dari proses ini akan disimpan dalam memori sebagai pengalaman. Pengambilan keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh situasi dimana proses dan perilaku beli terjadi. Situasi komunikasi, situasi pembelian, situasi penggunaan dan situasi penyingkiran produk, semuanya menentukan keputusan beli. Lingkungan fisik, lingkungan sosial, waktu, tujuan pembelian, konsumsi dan mood (suasana hati) tidak dapat diabaikan sebagai unsur-unsur yang sangat berarti dalam keputusan beli. Situasi terakhir adalah situasi ritual yang banyak dimanfaatkan pemasar untuk mempengaruhi perilaku konsumen. Selayaknya dalam mengambil keputusan mengenai pembelian suatu barang, kita harus memperhatikan mana kebutuhan yang penting dan jumlah uang yang kita punyai, juga menetapkan dan menggunakan berbagai kriteria evaluasi termasuk harga, brand name dan negara asal pada saat membuat keputusan pembelian. Selain itu, menilai kinerja setiap alternatif sebagai dasar evaluasi serta mengetahui dan memahami bagaimana situasi konsumen dalam menentukan pilihan dengan melihat berbagai aturan yang ada.

BAB V
PENDAHULUAN
Pembelian
5.1 Proses Keputusan Membeli
Menurut (Kotler, 2000:204) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu:
a. Pengenalan Masalah
b. Pencarian Informasi
c. Evaluasi alternatif
d. Keputusan Membeli
e. Tingkah laku pasca pembelian.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.
b. Pencarian informasi
Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut.
c. Evaluasi alternatif
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi.
d. Keputusan membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli.
e. Tingkah laku pasca pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas.
5.2 Memilih Alternatif Terbaik
Yaitu pengambilan keputusan (untuk membeli atau tidak membeli) seseorang dipengaruhi oleh faktor dan sosial. Faktor personal meliputi motivasi, persepsi, pemahaman, kepercayaan, sikap, dan kepribadian seseorang dalam membeli suatu barang yang mereka inginkan.Kehidupan personal seseorang dipengaruhi oleh likungan sosialnya. Misalnya, motivasi seseorang membeli baju bermerk terkenal sebenarnya adalah karena untuk dapat diterima dalam kelompok masyarakat kalangan tertentu , faktor sosial tersebut meliput aspek kultur, subkultur, klas sosial, kelompok referensi, keluarga, serta peran dan status seseorang dalam kehidupan kelompok.
5.3 Memilih Sumber- sumber Pembelian
Sumber-sumber yang diperoleh  meliputi:
1) Pasar adalah kelompok individual ( perorangan maupun organisasi ) yang mempunyai permintaan terhadap barang tertentu, berdaya beli, dan berniat merealisasikan pembelian tersebut. Secara keseluruhan, perilaku pasar bersifat hetrogen.
 2) Konsumen yaitu motivasi yang dapat dipandang sebagai dasar dari semua perilaku konsumen. Contoh: yaitu sebuah pertanyaan mendasar yang perlu di jawab oleh setiap pemasaran adalah : “ apa yang memotivasikan seseorang untuk membeli produk atau jasa yang saya tawar kan?”.motivasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang diarahkan kepada satu tujuan.
Serta proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial konsumen, serta respons perilaku pasar konsumen sebagai faktor keluaran dapat merupakan keputusan pembeliaan (dan pembelian selanjutnya) atau tidak melakukan pembelian (menolak produk yang ditawarkan).sehingga  variabel yang berada di luar individu  (vaktor eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian. Jadi  keputusan tersebut yang akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut adalah sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas enam tahap seperti:
Menganalisis keinginan dan kebutuhan, terutama untuk mengetahui  adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan.
a. Menilai beberapa sumber yang ada.
b. Menetapkan tujuan pembelian.
c. Mengidentifikasikan alternatif pembelian.
d. Perilaku sesudah pembelian.
PEMBAHASAN
Contoh kasus perilaku konsumen saat membeli suatu barang
 Seorang mahasiswa yang ingin membeli sistem stereo baru akan mengalami suatu proses pengambilan keputusan yang kompleks sebelum membeli. Ia akan berusaha mencari informasi dari berbagai sumber untuk membantu dalam mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada. Sering terjadi bahwa keputusan akhir yang diambilnya mengecewakan setelah dilakukan pembelian atau setelah barang digunakan. Seperti ini di sebut proses keputusan membeli.
Jadi keputusan tersebut yang akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut adalah sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas enam tahap seperti:
a.       Menganalisis keinginan dan kebutuhan, terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan.
b.      Menilai beberapa sumber yang ada.
c.       Menetapkan tujuan pembelian.
d.      Mengidentifikasikan alternatif pembelian.
e.       Perilaku sesudah pembelian.
PENUTUP
Kesimpulan & Saran
Konsumen berada dalam perilaku pembelian yang kompleks ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan mempunyai presepsi yang signifikan mengenai perbedaan di antara merek. Konsumen mungkin akan terlibat secara mendalam ketika produk itu mahal, beresiko, jarang dibeli dan menunjukkan ekspresi diri. Kebiasaan konsumen dapat didefinisikan sebagai perilaku pembelian yang berulang-ulang yang tanpa disertai pencarian informasi yang memungkinkan dengan kata lain konsumen selalu membeli barang-barang yang Ia sendiri sebenarnya tidak tahu buat apa barang-barang itu dibeli (manfaat) nya apa. Dan itu ditunjang oleh beberapa factor yang menimbulkan sub-sub factor,seperti yang sudah dibahas diatas.
BAB VI
PENDAHULUAN
Sumber Daya Konsumen dan Pengetahuan
6.1 Sumber Daya Ekonomi
Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi pada dasarnya dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment factors) maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayahtingkat ketergantungan terhadap sumberdaya secara struktural harus bisa dialihkan pada sumberdaya alam lain.
6.2 Sumber Daya Sementara
Waktu menjadi variabel yang semakin penting dalam memahami perilaku konsumen.
Karena konsumen mayoritas semakin mengalami kemiskinan akan waktu. Namun demikian ada suatu bagian waktu yang dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi yaitu waktu senggang.
Sumber daya kognitifProduk yang diklasifikasikan menurut sifat waktu konsumen disebut barang waktu (time goods)
a. Barang yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya. Contoh: Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan pribadi, pulang pergi (waktu wajib)
b. Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food.
6.3 Sumber Daya Kognitif
Pengertian sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
6.4 Kandungan Pengetahuan
Kandungan pengetahuan konsumen dalam pembelian produk di dalam tiga bidang umum, yaitu:
1.   Pengetahuan produk (product knowledge)
Adalah dimana konsumen mengetahi secara lebih detail mengenai suatu produk konsumsi, baik itu harga, kualitas maupun maanfaat yang terdapat dalam produk tersebut.
2.   Pengetahuan pembelian  (purchase knowledge)
Konsumen mengetahui benar tentang masalah pembelian terhadap barang tersebut, diantaranya adalah masalah harga, keterediaan barang di pasaran, serta keunggulan barang tersebut dengan barang lain.
3.   Pengetahuan pemakaian (usage knowledge),
konsumen harus mengerti tentang kegunaan, kelebihan, dan akibat dari barang yang akan dipakainya. Hal ini akan membuat konsumen semakin jeli dalam memilih produk yang akan dibelinya.
6.5 Organisasi Pengetahuan
Organisasi pengetahuan yang dimaksud disini adalah daya ingat konsumen dalam membandingkan barang tersebut dengan barang sejenis lainnya dan dapat menganalisi serta mengambil sikap antara menolak atupun menerima dengan tindakan pembelian atau tidak.
Proposisi kepercayaan ini pada gilirannya dapat dikombinasikan untuk menciptakan struktur pengetahuan tingkat tinggi yang disebut skema. Salah satu jenis skema, yang dikenal sebagai skip (script), berisikan pengetahuan mengenai urutan tindakan temporal yang terjadi selama suatu peristiwa. Skema dan skip memainkan peranan penting selama pengolahan informasi. Pada dasarnya, pengaktifan skema atau skip selama pengolahan stimulus yang baru masuk mengurangi upaya kognitif yang diperlukan untuk mendefinisikan apa stimulusnya dan bagaimana orang bersangkutan harus berespons.

6.6  Mengukur Pengetahuan
Untuk mengukur kemampuan konsumen dalam mengenali dan mengevaluasi berbagai jenis dan macam produk yang tersebar di passaran, seseorang akan mempertimbangkan informasi tentang suatu produk yang dijual dengan informasi yang lain yang belum didapatnya.
Hal ini akan menjadi point tambah dalam mengevalusi produk secara lebih lanjut.

PEMBAHASAN
Faktor sumberdaya manusia ini telah menghadirkan suatu proses pemikiran baru dalam telaah teori-teori pembangunan ekonomi, yang menempatkan sumberdaya manusia sebagai poros utama pembangunan ekonomi baik dalam skala global, nasional maupun daerah. Strategi pembangunan ekonomi yang berbasis pada pengembangan sumberdaya manusia (human resources development) dianggap sangat relevan dan cocok dengan kondisi dan karakter pembangunan ekonomi terutama di negara-negara berkembang sejak era 80-an. Strategi pembangunan ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang pakar perencanaan pembangunan ekonomi berkebangsaan Pakistan yang bernama Mahbub Ul Haq yang pada saat itu menjadi konsultan Utama United Nation Development Programme (UNDP). Mahbub Ul Haq berpendapat bahwa pengembangan sumberdaya manusia harus dijadikan landasan utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang, dan hal ini dianggap penting mengingat ketertinggalan negara-negara berkembang terhadap negara-negara industri maju dalam tingkat kesejahteraan ekonomi seperti kualitas dan standar hidup hanya akan dapat diperkecil manakala terjadi peningkatan yang sangat signifikan dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.Dari pola pemikiran seperti diatas maka takaran peranan sumberdaya manusia dalam proses pembangunan ekonomi dalam konteks untuk mengurangi kesenjangan pembangunan ekonomi pada dasarnya harus dilihat dari aspek peningkatan kualitasnya. Dengan kualitas sumberdaya manusia yang semakin meningkat, akan dapat mendorong peningkatan produktivitas ekonomi sekaligus sebagai modal dasar untuk memacu pertumbuhan ekonomi.Bagi kebayakan negara-negara yang tingkat pembangunan ekonominya sudah tergolong lebih maju, produktivitas sumberdaya manusia secara teknis telah dijadikan sebagai instrumen terpenting untuk mempertahankan pencapaian laju pertumbuhan ekonomi, sekaligus dalam upaya untuk memperkuat basis struktural perekonomiannya. Dalam era globalisasi, kualitas sumberdaya manusia yang handal akan sangat membantu suatu negara untuk memenangkan kompetisi atau persaingan dalam perekonomian global sekaligus dapat menjaga eksistensi negara tersebut dalam peraturan dan dinamika perekonomian dunia yang semakin kompetitif.
PENUTUP
Konsumsi masyarakat terhadap produk elektronik di indonesia saat ini sangat besar, salah satunya adalah televisi. Hampir setiap rumah, misalnya di Jakarta pasti memiliki televisi sebagai alat hiburan utama dalam keluarga.
Karena hampir setiap keluarga memiliki sebuah televisi, maka pasar penjualan televisi di Indonesia merupakan pasar yang besar, namun dalam kenyataannya terdapat persaingan antara produsen yang satu dengan produsen yang lainnya.
Kosumen pun memiliki beberapa masalah dalam hal untuk melakukan pembelian, misalnya konsumen memiliki sumber daya yang terbatas baik dalan kegiatan mengkonsumsi barang tersebut maupun saat ingin melakukan pembelian. Hal inilah yang membatasi konsumen untuk mengunakan beberapa produk sejenis secara bersamaan.

Nama : Chyntia Febriani
NPM  : 11209114
Kelas : 3EA11